Jakarta, kebunjp Indonesia
—
Chief Operating Officer (COO)
Danantara
Dony Oskaria
mengatakan pengelolaan
BUMN
sampai dengan saat ini masih belum memberikan manfaat besar ke ekonomi dalam negeri.
Manfaat ini paling tidak bisa diketahui dari jumlah seluruh BUMN di Indonesia yang mencapai 1.046 perusahaan, termasuk anak, cucu, hingga cicit BUMN.
Meski banyak, ternyata hanya sedikit BUMN yang berkontribusi besar padi negara, salah satunya dalam bentuk dividen.
“(Ada) 1.046, tetapi ini juga perlu kita komunikasikan bahwa 97 persen dividen dari BUMN itu datangnya dari 8 perusahaan,” kata Dony dalam special talkshow bertajuk Membaca Arah Ekonomi dan Kebijakan Fiskal 2026 bersama Chairman CT Corp Chairul Tanjung, Jumat (15/8).
Dony menambahkan dari jumlah perusahaan sebanyak itu, sekitar 53 persen justru tercatat mengalami kerugian. Ia menyebut kerugian yang dialami para BUMN ini membuat pemerintah kehilangan sekitar Rp50 triliun per tahun.
“(Sekitar) 52 perusahaan BUMN itu rugi, dan total kerugian itu kurang lebih direct loss dan indirect loss akibat daripada inefisiensi dalam pengelolaan itu kurang lebih sekitar Rp 50 triliun setiap tahun,” ucapnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dony menjelaskan Danantara melakukan
business review
terhadap seluruh BUMN yang ada. Melalui
business review
ini pihaknya akan memetakan BUMN yang untung dan rugi, mana BUMN yang tidak berdaya saing, dan lain sebagainya.
Setelah pemetaan ini, nantinya BUMN-BUMN kecil yang tak berdaya saing akan dilebur menjadi satu badan. Dengan begitu kinerja para BUMN akan semakin efisien dan memiliki daya saing lebih.
“Nanti tahapan kedua dari hasil yang kami lakukan matrix terhadap internal fundamental business review ini, akan terjadi bisnis konsolidasi kurang lebih,” kata Dony.
“Jadi kita akan punya satu perusahaan logistik tetapi dengan big scale, very competitive, kita redesign business modelnya, kita redesign revenue stream-nya, sehingga dia masuk dalam benchmark dalam pengolahan perusahaan yang lebih proper,” sambungnya.
Menurutnya saat ini Danantara menargetkan penurunan jumlah BUMN dari 1.046 perusahaan menjadi 228 perusahaan saja. Di mana setiap perusahaan memiliki kemampuan dan daya saingnya masing-masing, sehingga ke depan dapat memberi keuntungan nyata bagi pemerintah.
“Nanti kita harapkan dari 1046 ini akan menjadi 228 perusahaan. Ini perlu kami komunikasikan supaya nanti kita memiliki visi bahwa 228 perusahaan ini nantinya akan menjadi perusahaan yang scalable, mampu berkompetisi, memiliki business model yang proper, revenue stream yang proper, dan dikelola secara transparan,” tegasnya.
Kinerja BUMN menjadi sorotan Presiden Prabowo Subianto dalam pidato kenegaraan menjelang peringatan HUT RI ke-80 di Gedung DPR/MPR.
Sorotan salah satunya ia arahkan pada pemborosan di BUMN. Menurutnya BUMN saat ini masih boros. Hal itu bisa dilihat dari besaran tantiem yang diberikan kepada komisarisnya.
Menurut informasi yang ia dapat, komisaris BUMN yang hanya rapat sekali sebulan bisa mendapatkan tantiem Rp40 miliar setahun. Prabowo karena itu memerintahkan Danantara membenahi BUMN dengan menghapus tantiem bagi para komisaris dan direksi.
(agt)
Baca lagi: VIDEO: Japanese citizens paid 80 years of Hiroshima’s bombing
Baca lagi: Ekraf Akui Pernah Audiensi dengan Tim Film Merah Putih One for All
Baca lagi: Penampakan Immersive Tunnel Fancy Luna Maya-Maxime di Resepsi Jakarta