Jakarta, kebunjp Indonesia
—
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI menegaskan pentingnya penerapan gaya kepemimpinan yang adaptif untuk memperkuat tata kelola zakat sekaligus menjawab tantangan pengelolaan zakat di era modern.
Kepemimpinan adaptif dinilai mampu merespons dinamika sosial dan ekonomi masyarakat yang terus berkembang.
Hal ini mengemuka dalam forum Management Upgrade bertema “Penerapan Gaya Kepemimpinan” yang digelarPusdiklatBaznas RI di Jakarta, Kamis (21/8). Acara ini diikuti para amil dari berbagai divisi dan jenjang jabatan serta disiarkan melalui kanalYouTubeBaznas TV.
Hadir sebagai narasumber, Pimpinan Baznas RI Bidang Transformasi Digital Nasional, Nadratuzzaman Hosen. Dalam paparannya, ia menyampaikan terdapat enam model kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam lembaga filantropi, seperti Baznas.
“Dalam mengelola zakat, infak, dan sedekah, Baznas membutuhkan pemimpin yang bisa menyesuaikan diri dengan situasi,” kata Nadratuzzaman dikutip dari keterangan resmi.
Menurut Nadratuzzaman, enam model kepemimpinan ini memiliki keunggulan masing-masing. “Dan bila diterapkan dengan tepat, akan memperkuat peran Baznas sebagai penggerak kebangkitan ekonomi umat,” ujar Nadratuzzaman.
Nadratuzzaman menjelaskan, model pertama adalah kepemimpinan transformasional. Pendekatan ini mendorong inovasi, termasuk dalam digitalisasi zakat, sekaligus meningkatkan motivasi kerja para amil.
“Kedua, model kepemimpinan delegatif. Pendekatan ini lebih tepat dalam konteks lembaga filantropi seperti Baznas, karena setiap orang diberi ruang bekerja sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Tapi, kalau terlalu delegatif juga ada bahayanya, jadi harus tetap ada keseimbangan,” jelasnya.
Model ketiga, kata Nadratuzzaman adalah kepemimpinan transaksional. Model ini menekankan pada penghargaan dan sanksi sesuai kinerja.
“Transaksional penting untuk memastikan target penghimpunan dan penyaluran zakat tercapai,” kata dia.
“Kemudian, ada kepemimpinan demokratis. Model ini membuka ruang diskusi dan kolaborasi, terutama saat merumuskan kebijakan strategis bersama para pemangku kepentingan,” ucap Nadratuzzaman.
Lebih lanjut, Nadratuzzaman menuturkan, kepemimpinan otokratis juga memiliki peran penting. Model ini dibutuhkan dalam kondisi darurat, seperti ketika menyalurkan bantuan bencana yang membutuhkan keputusan cepat dan tegas.
“Dan terakhir ada kepemimpinan karismatik. Model ini mengandalkan integritas dan keteladanan pemimpin untuk membangun kepercayaan publik,” jelas Nadratuzzaman.
Menurut Nadratuzzaman, setiap model kepemimpinan memiliki waktu dan konteks penerapannya sesuai dengan situasi yang dihadapi.
“Kadang kita perlu inspiratif, kadang tegas, kadang juga memberi ruang partisipasi. Keseimbangan inilah yang membuat Baznas mampu menjalankan mandat negara dan menjaga amanah umat,” ujarnya.
Ia juga menekankan, hal yang paling penting dalam kepemimpinan adalah komunikasi. Seorang pemimpin, kata dia, harus bisa meyakinkan dua pihak sekaligus, yakni tim internal di bawahnya serta pihak luar yang menjadi mitra atau pemangku kepentingan.
Dengan penerapan kepemimpinan yang tepat, lanjutnya, Baznas dapat memperkuat kinerja dalam menghimpun dan menyalurkan zakat.
Karena itu, kombinasi model kepemimpinan menjadi kebutuhan strategis di lingkungan Baznas. Hal ini diharapkan berdampak langsung pada pemberdayaan mustahik dan pengentasan kemiskinan.
(inh)
Baca lagi: Hasil Kejuaraan Dunia U-21: Ketat di Set 3, Indonesia Digebuk Italia
Baca lagi: Pediatrician Mayapada Hospital in South Jakarta Alert 24 Hours
Baca lagi: Tompi ‘Slepet’ Pemerintah dan Pejabat Soal Royalti Musik