Jakarta, kebunjp Indonesia
—
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto menjadi landasan utama dalam memperkuat ekonomi hijau Indonesia. Hal ini disampaikan dalam sambutan pembukaan Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 yang digelar untuk kedua kalinya.
Pada kesempatan tersebut, ia pun menyampaikan visi jangka panjang mengenai masa depan industri Indonesia yang berkelanjutan.
“Dimulai dari cerita tentang mimpi, dimana mimpi kita akan diwarisi generasi penerus sebuah masa depan yang sehat dimulai dari sehat lingkungan,” ujarnya di Plennary Hall, JICC, Jakarta, Rabu (20/8).
Lebih lanjut Agus memaparkan, data terbaru menunjukkan performa sektor manufaktur Indonesia yang menggembirakan. Pada triwulan kedua 2025, kontribusi industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 16,92 persen, naik dari 16,72 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan sektor manufaktur juga melampaui ekonomi nasional dengan capaian 5,6 persen
year-on-year
(YoY), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen. Dari sisi ekspor, nilai ekspor industri manufaktur semester pertama 2025 mencapai US$107,6 miliar atau 83 persen dari total ekspor nasional.
Sektor industri pengolahan non-migas juga berperan strategis sebagai penyerap tenaga kerja dengan lebih dari 19 juta orang yang terlibat di dalamnya.
Meski mencatat berbagai capaian positif, Agus mengakui industri manufaktur menghadapi tantangan berat dari aspek geopolitik dan geoekonomi. Tantangan tersebut meliputi tuntutan global untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, transisi menuju energi bersih, dan menjaga daya saing produk di era ekonomi hijau.
“Kami di Kemenperin selalu berusaha untuk meyakinkan dan berkampanye bahwa melakukan transformasi menuju industri hijau tidak boleh dianggap sebagai biaya melainkan sebuah investasi,” tegas dia.
Menurut Agus, ada keterkaitan langsung antara AIGIS dengan beberapa poin dalam Asta Cita. Empat poin utama yang relevan adalah Asta Cita nomor 2 tentang kemandirian ekonomi hijau dan ekonomi biru.
Selanjutnya, Asta Cita ketiga mengenai penciptaan lapangan kerja hijau (
green jobs
), Asta Cita kelima tentang industrialisasi bernilai tambah, dan Asta Cita kedelapan terkait harmoni lingkungan dan alam.
“Di sinilah semakin relevannya apa yang kita sebut ekonomi sirkular, penurunan emisi dan hal-hal yang akan kita lakukan,” ucapnya.
Agus juga mengidentifikasi empat faktor utama yang mempengaruhi transformasi menuju industri hijau. Pertama,
market driven
atau tuntutan dari konsumen global.
Kedua, pertumbuhan pembiayaan hijau. Ketiga, dorongan kebijakan pemerintah. Dan yang keempat, mekanisme perdagangan global.
Maka dari itu, dirinya mengajak seluruh pihak untuk mengubah paradigma lama yang membenturkan kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan.
“AIGIS dan GISCO merupakan jawaban dan solusi dimana industri hijau bisa menciptakan nilai tambah dan daya saing yang pada akhirnya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,” sebut dia.
Dalam pandangan Agus, transformasi menuju industri hijau adalah perjalanan panjang yang membutuhkan visi, inovasi, dan kolaborasi.
Agenda dekarbonisasi mulai dari efisiensi energi, pemanfaatan energi terbarukan, hingga inovasi teknologi seperti
Carbon Capture and Utilization
(CCU) serta penerapan prinsip ekonomi sirkular dilihat sebagai peluang strategis.
“Ini bukan beban melainkan peluang emas untuk bersaing di pasar global, mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan yang merupakan tanggung jawab kita bersama,” pungkasnya.
(rir)
Baca lagi: Petinggi Militer China dan AS Temui Prabowo Pekan Ini, Ada Apa?
Baca lagi: Kapan Debut Megawati bersama Manisa BBSK di Liga Turki?